CPM (Cost Per Mille) adalah biaya yang dibayarkan pengiklan untuk setiap seribu tayangan iklan. Semakin rendah angka CPM, semakin hemat biaya yang kamu keluarkan untuk menjangkau banyak audiens. Beberapa negara dengan CPM rendah umumnya memiliki tingkat persaingan iklan yang lebih kecil sehingga cocok dijadikan target untuk global campaign dengan budget terbatas.
Apa Saja Negara dengan CPM Rendah?
CPM merupakan singkatan dari Cost Per Mille, di mana “mille” artinya “seribu”. Istilah ini digunakan di dunia periklanan digital untuk menunjukkan berapa biaya yang dibutuhkan agar iklan kamu muncul seribu kali di layar pengguna.
Misalnya, jika CPM kamu adalah $3, artinya kamu perlu membayar tiga dolar untuk setiap seribu impresi iklan.
Metrik ini penting banget buat kamu yang menjalankan Facebook Ads, TikTok Ads, atau Google Ads karena CPM bisa membantu menghitung efisiensi anggaran iklan. Semakin rendah CPM, semakin besar potensi audiens yang bisa kamu jangkau dengan biaya yang sama.
Dilansir Lebesgue, berikut daftar 10 negara dengan CPM rendah pada tahun 2024 yang bisa kamu pertimbangkan:
- Italia: $8,06
- Portugal: $9,88
- Uni Emirat Arab: $8,98
- Yunani: $4,14
- Slovenia: $3,81
- Kroasia: $5,07
- Malaysia: $3,60
- Filipina: $10,73
- Meksiko: $5,54
- India: $2,70
Dari daftar tersebut, India dan Malaysia menjadi dua negara dengan CPM paling rendah. Artinya, biaya yang kamu keluarkan untuk menjangkau audiens di negara tersebut jauh lebih efisien dibandingkan di Eropa Barat atau Amerika Serikat.
Menariknya, meskipun beberapa negara Eropa seperti Slovenia dan Yunani termasuk kategori CPM rendah, kualitas audiensnya tetap bagus karena tingkat engagement di media sosial mereka cukup tinggi.
Jangan langsung menilai murah berarti kurang efektif. Yang penting adalah bagaimana kamu menyesuaikan konten dan penargetan dengan karakteristik pengguna di negara tersebut.
Kenapa CPM Bisa Berbeda di Tiap Negara?
Perbedaan CPM dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah pengiklan, daya beli masyarakat, hingga tren digital marketing di wilayah tersebut.
Misalnya, di negara maju dengan banyak kompetitor iklan seperti AS, CPM cenderung tinggi karena persaingan ketat.
Sebaliknya, di negara berkembang seperti India atau Malaysia, persaingan masih relatif rendah sehingga biaya tayang iklan pun lebih murah.
Selain itu, jenis konten dan platform iklan juga berpengaruh. Reels dan TikTok Ads biasanya punya CPM lebih rendah dibandingkan YouTube atau Google Display karena audiensnya lebih luas dan engagement rate-nya tinggi.
Strategi ini bisa kamu manfaatkan kalau ingin testing iklan dengan biaya minim tapi hasil maksimal.
Mengapa CPM Penting dalam Campaign?

Kalau kamu sering beriklan di platform seperti Facebook, Instagram, atau TikTok, kamu pasti paham bahwa CPM adalah salah satu metrik paling penting dalam digital marketing.
Nilai CPM bukan sekadar angka biaya, tapi cerminan seberapa efisien iklanmu menjangkau target audiens.
Semakin rendah CPM dengan engagement tinggi, semakin efektif campaign yang kamu jalankan. Ayo kita bahas kenapa CPM punya pengaruh besar dalam strategi pemasaranmu!
Mengenalkan Produk Lebih Lengkap ke Audiens
Dengan CPM yang efisien, kamu bisa menjangkau audiens lebih luas tanpa harus menguras budget besar. Artinya, produkmu bisa dikenal oleh lebih banyak orang, terutama saat kamu baru membangun brand awareness.
Bayangkan kamu punya produk skincare lokal baru. Melalui CPM rendah, iklanmu bisa tampil di ribuan layar pengguna dengan biaya yang sama seperti menargetkan audiens kecil di negara dengan CPM tinggi.
Semakin banyak orang yang melihat, semakin besar peluang mereka mengenal manfaat produkmu dan tertarik mencobanya. Dengan begitu, kamu bukan cuma hemat biaya, tapi juga mempercepat tahap pengenalan brand di pasar digital.
Bisa Disesuaikan dengan Budget
Salah satu alasan CPM penting adalah karena metrik ini sangat fleksibel untuk semua skala bisnis. Baik kamu pelaku UMKM maupun digital marketer perusahaan besar, CPM bisa membantu menyesuaikan campaign sesuai kemampuan finansialmu.
Dengan memahami CPM di tiap negara atau platform, kamu bisa menentukan alokasi budget iklan yang paling efektif.
Misalnya, kamu bisa fokus ke negara dengan CPM rendah untuk testing produk baru, lalu memperluas jangkauan ke pasar dengan CPM lebih tinggi setelah konversinya stabil. Strategi ini bikin iklanmu tetap jalan, tapi pengeluaran tetap efisien dan terukur.
Mempengaruhi Decision Making Audiens
CPM yang efisien juga bisa memengaruhi cara audiens mengambil keputusan. Semakin sering mereka melihat iklanmu, semakin tinggi tingkat kepercayaan terhadap brand yang kamu bangun.
Dalam dunia digital marketing, hal ini dikenal sebagai “frequency effect,” di mana paparan berulang terhadap pesan brand bisa meningkatkan peluang konversi.
Iklan dengan CPM rendah memudahkanmu untuk menampilkan pesan lebih sering ke audiens tanpa menaikkan biaya.
Hasilnya, mereka nggak cuma aware tentang produkmu, tapi juga mulai tertarik, percaya, hingga akhirnya melakukan pembelian.
Kalau kamu ingin campaign-mu benar-benar berdampak, pastikan CPM masuk bagian dari strategi yang selalu kamu pantau dan optimalkan.
Kesimpulan
Kalau kamu berencana ekspansi pasar ke luar negeri, strategi menargetkan negara dengan CPM rendah bisa menjadi langkah awal yang cerdas.
Tapi jangan asal pilih. Pastikan produkmu relevan dengan karakteristik audiens di negara tersebut.
Misalnya, jika kamu menjual produk fashion, pasar seperti Malaysia, Filipina, atau India bisa jadi opsi menarik karena tren belanja online mereka sedang naik.

Mau iklanmu tampil lebih efisien dan nggak boros anggaran? Mulai dari riset target audiens, otomatisasi manajemen iklan, hingga marketing dashboard dengan berbagai data dan insight tersembunyi hanya Rp85.000/bulan.
Semua bisa kamu dapatkan di satu platform optimasi iklan yang mudah digunakan. Adsumo jawabannya.
Kamu cukup fokus pada pembuatan konten dan strategi kreatif, biarkan Adsumo yang bantu mengoptimalkan performa iklanmu biar hasilnya maksimal. Kalau mau campaign iklanmu nggak boncos dan lebih efektif, pakai Adsumo sekarang!